Thursday, July 26, 2007

Cerpen kita



Gadis di Soekarno Hatta
Oleh: AsmaMu


Jam dinding menunjukkan pukul 15.00 Wib, pertanda Aku harus segera bersiap-siap menempuh sebuah perjalanan yang sebelumnya belum pernah Aku tempuh. Jarak yang sangat jauh melintasi benua, membuatku tak bisa membayangkan bagaimana kelak perjalanan yang akan Aku tempuh. Di benakku hanya ada satu kata ”Hadza min fadli rabbi liyabluwani aasykur am akfur.” Inilah salah satu keagungan-Nya, Ia memanggil siapa saja yang Ia kehendaki untuk menimba ilmu di negara yang belum pernah ia kenal sebelumnya, di negeri yang beribu-ribu tahun silam, hidup para ambiya’ dan kaumnya.

Mesir merupakan negeri yang tak pernah Aku bayangkan akan dapat menginjaknya bahkan akan berdiam di dalamnya dalam kurun waktu yang tidak sebentar, Aku hanya dapat mengenal negeri seribu kinanah ini dari para alumni dan orang yang pernah belajar didalamnya.
”Janganlah kau berangan-angan tentang Mesir. Toh, nanti angan-anganmu tak akan sama juga!” Pesan seorang ustadzku yang ikut melepas kepergianku.
“Al-Misru in lam taqharha qaharatka” Pesan salah seorang kiyai langgarku yang pernah belajar di Kairo.

Aku langkahkan kaki dengan penuh optimis. Menyongsong masa depan dengan mata terbuka, bahwa Aku adalah harapan keluarga dan masyarakatku dua puluh tahun mendatang.

Aku segera memasuki mobil beserta ayah, ibu dan kakak, mobil itu melaju dengan kencang di jalan tol Jagorawi menuju bandara Soekarno - Hatta. Setibanya di sana, Aku sudah ditunggu rombonganku, mereka telah berbaris mengantri untuk chek in. Di antara barisan nampak sesosok gadis manis mengenakan jubah dan kerudung yang pajang, Aku semakin penasaran dengan gadis yang Aku temukan tadi, tanda tanya besar yang ada di benakku.

“Han, kamu kenal sama cewek itu?” Ucapku polos.
“Gak tau, itu rombongan mana aja gue gak tau, boro-boro gue tau nama cewek itu.” Sahut Raihan dengan logat betawinya yang kental.
“Kalau kamu gimana bay?” Tanyaku kembali.
“Nggak tahu juga, masa bodo amat ah, tu rombongan dari mana and sapa nama tu cewek.”

# # #

Aku masih saja bertanya-tanya dalam diriku akan nama cewek yang kujumpai sepintas tadi. Saat Aku masuk ke dalam kabin pesawat, tak sengaja untuk kedua kalinya Aku berhasil melihat wajahnya yang manis. Aku malu untuk bertanya siapa namanya. Aku memang seorang pemalu untuk berkenalan, apalagi dengan yang namanya cewek, Aku harus berpikir seratus kali untuk melakukan itu. Aku lihat ia duduk tepat di depan tempat dudukku, Aku jadi salah tingkah dan bingung akan apa yang harus Aku lakukan, Raihan berbisik padaku.
“Udah, santai aja…. Coy anggap aja lu lagi gak mood and gak mo kenal ama cewek yang duduk di depan lu.” Bisik Raihan.
###

Pesawat akan lepas landas, itu tandanya Aku harus mengenakan sabuk pengaman yang ada di kursiku. Tak lama kemudian pesawat itu terbang meninggalkan tanah air tercinta, yang penuh dengan sejuta memori manisku. Di dalam pesawat Aku masih terdiam mengenang kedua orang tua dan sanak saudara. Aku masih memiliki sebuah tanda tanya besar dalam diriku tentang siapa sosok cewek yang Aku jumpai sejak di bandara tadi.

Aku sendiri heran pada diriku, mengapa Aku penasaran dengan cewek yang hanya Aku jumpai sesaat di bandara Soekarno Hatta tadi. Entahlah, ada apa dengan diriku, Aku pun tak tahu. Akhirnya Aku terhanyut dalam buaian mimpi ditemani musik tradisional negeri Bangkok. Perjalanan panjang dan melelahkan kulalui dalam buaian mimpi yang indah. Mimpi dengan keluarga tercinta di tanah air, berkumpul dalam satu momen Idul Fitri nan indah dengan kebersamaan.

“Hoy, bangun! Ayo kita turun! kita dah nyampe Kuwait nich!” Seloroh Johan.
“Emh, emang bener dah nyampe….?” Tanyaku heran.
“Iya…. Kalau nggak percaya lu liat aja keluar.” Jawab Johan.

# # #

Aku pun bangun dan berjalan sempoyongan keluar dari kabin pesawat, mataku seketika terbelalak melihat bandara yang asing bagiku. Semua penumpang dijemput menggunakan bus dan ditempatkan di hotel milik maskapai penerbangan Kuwait. Aku langsung masuk ke dalam kamar hotel yang telah disediakan dan merebahkan tubuhku di atas kasur, hingga kutak sadarkan diri bahwa Aku sudah terlelap tidur selama lima jam. Rasanya Aku baru saja tidur dua jam yang lalu.

Kuambil air wudlu walaupun rasa malas masih menggelanyuti hatiku, bisikan syetan masih saja memaksaku agar Aku tidak berwudlu, kupaksakan diri ini dengan kutancapkan dalam hati kecilku yang paling dalam bahwa; ”Aku harus sholat!”.

Dinginnya guyuran air membuatku segar dan sadar sepenuhnya dari buaian mimpi yang beberapa menit lalu masih menjeratku. Kuambil sajadah yang tergeletak di ruang tamu, kuhamparkan dan sholat hingga terhanyut dalam buaian sentuhan Rahmani. Dalam waktu yang cukup singkat itu Aku merasakan suatu hal yang luar biasa, yang kini membekas dalam diri ini.

Selepas sholat, kupanjatkan beribu hajatku pada-Nya, kumenangis dengan isak dalam sentuhan Ar-Rahman-Nya, Aku menyadari betapa tak berharganya diri ini. Selama ini Aku selalu lupa pada-Nya, pada yang mengembalikan ruh ke jasad ini, pada yang memberikan Aku rizki, pada yang memberikan Aku segala-galanya, namun diri ini sering saja bermaksiat pada-Nya, diri ini sering melalaikan sholat yang Ia wajibkan bagi hamba-Nya, padahal hanya itulah yang Ia minta, sebuah pengabdian sebagai tanda terima kasih kepada-Nya.

Ya Rabb, ampunilah segala dosa-dosaku, siramlah hatiku dengan air embun cahaya nur-Mu, yang menjadikanku makrifat pada-Mu. Ya Rabbi... in ‘adzumat ad-dzunubi katsroh falaqad ‘alimtu bianna ‘afwaka a’adzam. Ya Rabbi... Entah mengapa kemaren Aku simpatik kepada seorang gadis di bandara, perasaan apa lagi ini yaa Allah... Yaa Allah berikanlah Aku kekuatan untuk menghadapi segala masalah yang terjadi.

Jika memang apa yang Aku hadapi ini adalah masalah hati dan di dalamnya ada cinta, datangkanlah perasaan cinta itu dimana Aku sudah siap dan mapan menurut-Mu dan berikanlah rasa cinta ini hanya kepada orang yang telah Kau takdirkan untuk menjadi pendampingku. Ya Rabb... Apabila yang kutemui itu adalah pendamping hidupku kelak, temukanlah Aku disaat Aku telah mapan untuk hidup berumah tangga. Rabbana atinaa fi ad-dunya hasanatan wa fi al- akhirati hasanatan waqina ‘adzaban an-naar.

Kuusap mukaku yang penuh dengan linangan air mata dengan kedua telapak tangan. Aku pun beranjak dari tempat di mana Aku bersimpuh menghadap-Nya. Kuambil mushaf yang kubawa dari Indonesia, mushaf yang memiliki kenangan indahnya sebuah persahabatan. Kubaca dengan seksama ayat per-ayat dengan men-tadabburi isinya.

# # #

Tak terasa waktu bergulir dengan cepatnya, jam dinding telah menunjukkan pukul 07.00 WK (Waktu Kuwait). Dan, itu tandanya Aku harus turun ke bawah untuk sarapan pagi. Pagi itu yang kutemui hanya roti, makanan yang tak begitu Aku sukai, kupaksakan diriku untuk memakannya walaupun hal itu membuat perutku agak mual. Selepas sarapan pagi, Aku diajak oleh pelayan hotel ke tempat permainan yang telah disediakan. Aku mengajak semua teman-teman untuk bermain bersama hingga tanpa disadari hari sudah siang.

Aku harus bersiap-siap melanjutkan perjalananku ke Negeri Seribu Menara. Pesawat telah menanti penumpangnya untuk membawa mereka ke negeri yang mereka tuju; Mesir. Lagi-lagi Aku tertidur pulas di dalam pesawat hingga tak terasa pesawat yang kunaiki telah mendarat di Kairo.

# # #

Aku beserta kawan-kawan yang lainnya turun dari kabin pesawat melewati lorong yang telah disiapkan oleh maskapai. Sambil berjalan menelusuri lorong, kunyalakan Hp yang sebelumnya kumatikan. Ternyata ada sms baru yang kuterima, sms itu berbunyi:
“Kalau kamu ingin sukses dihari nanti, kamu harus bersusah payah mulai sekarang, mengisi setiap waktumu dengan ilmu dan meninggalkan perkataan yang kurang bermanfaat, karena setiap harinya kamu bisa dapatkan banyak ilmu dari para masyaikh yang bertebaran di Kairo ini. Sekarang tinggal kamu yang memilih, mau jadi orang sekses atau mau jadi orang yang teler di Kairo ini. Zien.”

Sambil berjalan meninggalkan bandara Aku pun selalu memikirkan isi sms itu. Ayalku terbang dalam lamunan. Aku terkejut disaat Si Johan menepuk punggungku dan mengajakku untuk berjalan ke arah pintu keluar. Aku lihat rombongan kakak kelasku, menebarkan senyuman merekah di bibir mereka, menandakan kegembiraan mereka bertemu kembali dengan Aku dan kawan-kawan.

Aku dibawa ke sekretariat almamater, di sana Aku dikejutkan oleh penyambutan para alumni, dalam benakku berkata; “Ternyata di negeri ini, Aku tidak sendirian.” Aku senang sekali dengan penyambutan yang ramah dan hangat. Aku merasa menjadi salah seorang anggota dari keluarga. Setelah acara itu, Aku beserta teman-teman di tempatkan di sebuah rumah untuk beristirahat. Anton yang merupakan kakak kelasku, mengabari bahwa siang esok hari ada acara dalam rangka menyambut mahasiswa dan mahasiswi baru. Kak Anton menyuruhku dan teman-teman yang lainnya agar bersiap-siap setelah sholat dzuhur yang nantinya akan dijemput.

###

Selepas sholat Dzuhur berjamaah di rumah, kami bersiap-siap untuk pergi. Tak lama kemudian Kak Anton datang dan kami langsung pergi ke tempat acara yang diadakan. Sesampainnya di sana, Aku melihat wajah itu lagi, yaa... Wajah yang menarik perhatianku di bandara Seokarno Hatta. Hatiku berguman; Ya Rabb, Kuatkanlah aku... Hingga kini, Aku pun tak tahu siapa nama gadis itu.