Sunday, August 19, 2007


Nilaiku Merosot*

Aku salah seorang mahasiswi Al-Azhar University. Dua tahun silam aku mulai menapakkan kakiku di bumi kinanah ini. Gairah dan gelora jiwa yang membara, membentuk suatu tekad kuat dalam hati saat itu. Tahun pertama kulalui kehidupan di Kairo ini dengan penuh warna-warni indahnya bumi ini. Semua yang kurencanakan, dapat berhasil sesuai target yang ada bahkan menghasilkan hal yang lebih baik dari yang kutulis di buku diary butut namun penuh makna hidup.

Ujian tingkat satu aku mampu mendapatkan predikat "Baik". Aku bangga dengan apa yang kucapai, ku perlihatkan nilai yang kudapat pada kenaikan tingkat I pada kedua orang tuaku dan mereka bangga denganku. Saat itu aku berjanji akan mempertahankan bahkan mengembangkan serta membahagiakan mereka dengan prestasiku di bangku perkuliahan.

###

Dua bulan yang lalu aku telah menyelesaikan ujian kenaikan tingkat II, kini hanya menunggu hasil ujian. Semua mahasiswi menanti-nantikan diumumkannya hasil itu. Sebagian besar dari mahasiswi banyak yang menantinya dengan harap-harap cemas dengan mengontrol nilai mereka, sebagian yang lain menunggu dengan pasrah.

Tiga hari yang lalu, aku mendengar kabar bahwa hasil ujianku sudahlah diumumkan. Bersigegas kumelangkahkan kaki dari rumah menuju kampus, aku ingin cepat-cepat melihat hasil itu. Ditengah perjalanan, mulutku berkomat-kamit mengucapkan doa seraya memohan kepada Allah Swt semoga aku lulus dan dapat naik ketingkat berikutnya.

Kini aku berada ditempat diamana hasil ujianku yang lalu diumumkan, sebagian mahsiswa kulihat berparas sedih melihat hasil ujian. Aku mencoba mendekati tempat yang dikerumungi banyak orang, degup jantung hatiku berdetak kencang, badanku sedikit bergetar, sekali-kali ku menelan ludah untuk melegakan hatiku. Saat kulihat, ternyata aku lulus dengan membawa tanggungan satu materi, namun sangat disayangkan nilaiku merosot.

Sesaat setelah melihat itu, rasa sedih datang menghampiriku, membuatku menyesalkan diri dan bertanya-tanya mengapa ini terjadi…?, ingin rasanya menangis namun tempat itu terlalu ramai untuk menampakkan kesedihanku. Ku tahan rasa sedih itu, hingga sampai aku dirumah. Sesampainya dirumah, ku menyendiri di pojok ruangan dan sesekali menangis menerima kenyataan yang ada. Setengah hari aku menangis karena merosotnya nilaiku pada tahun ini, selama hidup aku belum pernah mengalami kemerosotan dalam prestasi di bangku sekolah. Hingga akhirnya aku tertidur pulas karena kelelahan menangis.

###

Sang malam menyapa dengan dengungan adzan di sepenjuru kota, ku terpaku di balkon rumah, termenung mengingat hasil ujianku.serasa diri ini tak percaya kalau aku harus naik tingkat selanjutnya dengan membawa tanggungan satu materi. Berpaling dari sebuah kenyataan dunia bahwa takdir setiap manusia sudah ditentukan oleh-Nya. Ada pergumalan antara perasaan dengan nuraniku, sang perasaan berkata;

"Ya Allah, Mengapa hasil ujianku ditahun kedua ini menurun…?"

"Bukankah aku belajar sudah super maksimal, ku kerahkan segala kemampuan yang ku punya…?".

Kata-kata itu terus berputar mengelilingi kepalaku, hingga ku tak tahankan diri dan air mata terurai menetesi baju hijau yang ku pakai, sesekali aku menghela air mata dengan kerudung panjang berwarna hijau muda kesayanganku. Yang ada dalam pikiranku saat itu, aku merasa diriku sudah kalah. Diriku kali ini tidak dapat menyenangkan kedua orang tuaku dengan nilai yang kuperoleh saat ini.

Air mata bening mulai deras membasahi semua bajuku. Akupun bingung mengapa aku seperti ini, menangisi kemerosotan nilaiku, padahal walau demikian aku masih tetap lulus dan naik ketingkat berikutnya. Sesaat ku mendengar besitan suara dari dalam nurani dan berkata;

"Mengapa menangis dan kecewa karena merosotnya nilai, wong semuanya sudah ditentukan oleh Allah Swt"

"Apakah kau tidak melihat, betapa banyak teman-temanmu yang belum lulus dan belum dapat naik ke tingkat berikutnya?"

"Dimana rasa syukurmu, sementara hanya nilaimu yang merosot dan engkau masih bisa merasakan tingkat selanjutnya, sementara mereka…?"

"Engkau Harus ikhlas dan bersyukur, bisa menginjakkan kaki ke tingkat selanjutnya, cobalah untuk selalu ridha atas segala yang Ia berikan"

"Ridhalah dengan apa yang Allah beri, niscaya engkau mendapat banyak hikmah dari kejadian ini".

Saat ku mendengarkan nuraniku bicara, aku sadar bahwa aku terlalu picik memandang sebuah kelulusan dengan nilai yang kucapai, ku mencoba meyakinkan diri dengan perkataan nurani, kutanamkan bahwa aku harus tetap bersyukur sebagaimanapun nilai yang kuperoleh tahun ini. Ku sadarkan diriku bahwa masih banyak kawan-kawanku yang tahun ini belum bisa merasakan kelulusan sepertiku.

*Kupersembahkan untukmu yang terundung sendu karena nilaimu, semoga ini mengobati hatimu….

Malam buta,31 Juli 2007

Created By:

AsmaMu